. Mengalir Ajah ...: 06/04/11
Dear God, please hold her when I'm not around, when I'm much too far away
Mohon Ma'af kalo Blog saya ini masih berantakan, maklum...BUJANGAN

Sabtu, 04 Juni 2011

Stress #2

Udah malem minggu lagi, perasaan baru seminggu yg lalu hari sabtu dech... cepet bener waktu berjalan #apaaaan seeeehhh ??#
seperti yang udah-udah .... bagi gw, EVERYDAY IS SUNDAY #cuiiiitt cuiiittt# Mau malem Minggu kek, tanggalan merah kek, cuti bersama kek....gw tetep ajah di rumah  #histeris# 
tapi gw salut sama diri gw sendiri #najong banget sih#  ... gw bisa bertahan hampir setahun sendirian jauh dari keluarga. Bisa dibayangkan ... seandainya gw gak kuat, bisa gila gwnya  #lah..emang sekarang gak?#
daripada stress...mending gw ngurusin BLOG gw yang paling kewreeeen diantara yang belum punya blog, yeeenggggaaaaaa!!!! #tepok tangan pok ame-ame#

Rider Stress
Seorang pria ditilang oleh pak polisi :
“Apa salah saya Pak? Saya pake helm, pake jaket, ada SIM, bawa STNK, terus...kenapa saya di tilang ?”
Polisi  : “Sebel aja gw liat elo… muter2 pake jaket sama pake helm, tapi MANAAAAA MOTOOOOORRRNYAAAAA !!!”



---------------------------------------------------------

Pasangan Lebay
CowOk : Sayur Sop sayUr kacang, MakinG Love yuk yank..!
ceweX : BuaH duren d KebuN Kcang,Bawa irex gk yank?
cowox : BuaH Delima BuaH DureN,Durex ªjª yg Lbh KerEN
cewex : Bawa Kaca TakuT pecah,pke Sutera Lbh gairah!
cowox : BuaH durian BuaH KacanG,gk ush pke deh yank!
cewex : Mau ngemil, BuaH kdondong,klo HamiL GmN Donk?
cowox : Maen di Hutan TakuT Ular,Ntar aQ kluarin di Luar
cewex : BuaH Terong sayur lodeh, Klo gtu oK dwweh ??
Cowok : Yihhhaaa !!
baru ajah si Cowok mau memulai "serangan"nya, tiba2 ada yg
teriak "HAYYOOOOO...!! Lagi ngapain mojok berduaan...!!!"
Cowok : Haahhh...!!! SATPOOOLL...KABUURR Yaanggg !!!
Cewek : Abang siihh pake acara pantun segala..KELAMAAAAANNN !!
 

 

Pratiwi Sudarmono, Eks-Calon Astronot yang Sibuk di Penelitian Masih Terus Kontak dengan Pencinta Antariksa

Tadi gak sengaja liat wall temen gw :

"kenangan" tentang astronot pertama dari Indonesia. Ibu Pratiwi Sudarmono dan Taufik Akbar (cadangan). Pada bulan oktober 1985, mereka terpilih untuk ikut misi luar angkasa NASA (STS-61-H). Namun karena pesawat ulang-alik Challenger meledak pada tanggal 28 januari 1986, misi tersebut dibatalkan. Sekarang mereka di mana ya?? 
Iya ya...gimana tuh khabarnya srikandi Indonesia Ibu Pratiwi ? Jujur.... gw sempat lupa sama peristiwa Challenger yang menghebohkan itu. Tapi setelah baca statusnya temen gw , yang ada di otak gw  #emang ada ?#   saat pesawat ulang-alik Challenger meledak.  Mmmmm.... gimana kalo baca ajah langsung hasil googling gw dibawah ini ;)
Senin, 29 Desember 2008 , 01:03:00

Tak ada kata berhenti bagi Pratiwi Sudarmono. Setelah meninggalkan impiannya menjadi astronot, kini dia makin sibuk di dunia penelitian dan tugas di kampus sebagai wakil dekan Fakultas Kedokteran UI.

ANGGIT SATRIYO, Jakarta

SEKITAR 20 tahun lalu Pratiwi Sudarmono sudah tersohor. Pakar biologi molekuler Universitas Indonesia (UI) itu di-blow up media massa menjadi wanita Asia pertama yang akan menjelajah luar angkasa. Untuk trip yang sangat langka dan penting itu, dia sudah menyiapkan riset terkait ilmu yang digelutinya.

Keberangkatan Pratiwi merupakan kerja bareng pemerintah dengan Badan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA), dalam rangka peluncuran satelit kebanggaan Indonesia, Palapa.

Selain Pratiwi, pemerintah Indonesia memberangkatkan Taufik Akbar, insinyur telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Taufik merupakan pendamping Pratiwi dalam misi itu. Dua nama itu merupakan hasil saringan dari sekitar 200 orang yang diseleksi langsung oleh NASA.

Saat mengikuti seleksi, Pratiwi baru saja menggondol gelar doktor bidang biologi molekuler dari Osaka University. ”Saya terpanggil mengikuti program itu karena saya suka dunia riset,” kata Pratiwi kepada Jawa Pos yang menemui di rumahnya, Cipete, Jakarta Selatan.

Keberanian wanita kelahiran Bandung itu benar-benar menyedot perhatian publik. Sebab, prestasi itu tidak hanya menjadi simbol kemajuan wanita Indonesia, tapi juga kemajuan pengetahuan Indonesia sebagai wakil negara berkembang. Menurut Pratiwi, keberhasilannya masuk dalam tim yang berangkat dalam misi pesawat ulang alik itu berlangsung cukup panjang.

Dia sampai menghabiskan waktu 12 tahun untuk mempelajari seluk-beluk luar angkasa. Tapi, musibah meledaknya pesawat Challenger pada Januari 1986 menjadi awal yang memupuskan kesempatannya menjalankan ekspedisi bergengsi itu. Kesempatan tersebut benar-benar hilang 11 tahun pascamusibah itu. Yakni, saat pemerintah benar-benar menggagalkan misinya pada 1997 karena badai krisis moneter. Padahal, dalam jeda waktu itu, Pratiwi harus kerap mengikuti cek kesehatan dan beberapa kursus soal keantariksaan di Amerika. Pratiwi mengakui, memberangkatkan dirinya dalam misi itu tidak murah. ”Itu bukan bantuan (NASA), tapi pemerintah harus bayar,” jelas wanita 56 tahun.

Sejak itu seolah nama Pratiwi tak pernah terdengar lagi. Padahal, seabrek aktivitas masih dijalaninya. ”Saya capek kalau ditanya perasaan saya akibat kegagalan itu,” ujarnya. Pratiwi lantas menghabiskan hari-harinya di laboratorium untuk tugas penelitian. Sambil mengisi waktu luang bersama keluarga, termasuk tiga cucu dari anak tunggalnya, Pandito A.B., karirnya tetap bertumbuh. Pada Februari 2008 lalu Pratiwi menggondol gelar profesor di bidang biologi molekuler dari kampusnya.

Sebagai wakil dekan FK UI, saban hari dia harus berangkat pagi-pagi dari rumah menuju kantornya di kawasan Salemba. Jadwalnya padat, apalagi kalau harus mengikuti rapat senat di kampus UI di Depok.

Paling cepat Pratiwi biasanya sudah berada di rumah lagi pukul 20.30. Begitulah setiap hari. Dia menyebut aktivitas di kampusnya tak pernah senggang. ”Saya baru tadi pulang dari rapat di UI Depok. Beginilah, menemui saya harus malam begini. Sebenarnya saya harus menghadiri wawancara dengan stasiun TV swasta. Tapi, jadwal itu tabrakan dengan seminar di Medan,” jelasnya.

Selain tugas sehari-hari di FK UI, waktunya banyak tersita untuk beberapa penelitian penyakit TBC dan tifus. ”Saya gemas banget dengan dua bakteri itu. Dari dulu sampai sekarang tak pernah ada obatnya yang manjur,” ungkapnya.
Menurut Pratiwi, setelah pemerintah benar-benar menggagalkan misi ke luar angkasa pada 1997, dia masih kerap diundang ke luar negeri.

Terutama negara-negara tetangga yang akan menyeleksi putra terbaiknya untuk keberangkatan misi luar angkasa bersama NASA. ”Saya diminta berbagi pengalaman. Termasuk apa yang harus saya siapkan untuk tes astronot tersebut. Beberapa negara punya program terencana untuk misi luar angkasa,” jelasnya.

Berbeda halnya dengan Indonesia. Sebenarnya ada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Namun, belum ada terobosan penjelajahan luar angkasa yang dirancang lembaga itu. Dia berharap program antariksa seperti dirinya dulu berlanjut. ”Sekarang mau berangkat dengan negara mana saja bisa. Jepang dan Tiongkok cukup maju soal ini. Saya menyayangkan mengapa peneliti Indonesia tidak diikutkan ke sana,” ucapnya.

Pratiwi juga menyindir lambannya pembangunan teknologi di Indonesia saat ini. Kata dia, di era Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie, dunia riset Indonesia sangat maju dan terukur. ”Ke mana arah pengembangan penelitian jelas. Misalkan penelitian kedelai, arah pemerintah ke mana juga sangat terang,” jelasnya.

Perkembangan masyarakat dewasa ini, lanjut dia, juga kian tak jelas. Jarang sekali anak-anak atau remaja yang membanggakan sosok ilmuwan. Pratiwi menyebut negeri ini kehilangan sosok yang bisa dibanggakan. Dulu kalau ditanya soal cita-cita, anak SD akan mengatakan ingin seperti Pak Habibie. ”Kadang-kadang juga ingin menjadi astronot. Coba tanya anak sekarang. Jawabannya tak bergeser ke pemain sinetron atau profesi lain seperti dokter atau pengacara,” ungkapnya.

Pratiwi juga masih kerap menerima surat dari komunitas antariksa di berbagai negara. Mereka ingin menanyakan mengapa misi itu sampai gagal. Mereka juga minta dikirimi foto-foto aktivitas Pratiwi dulu. Awalnya, dia masih menurutinya. Seiring mahalnya ongkos kirim surat ke berbagai negara itu, dia lebih selektif membalas surat. ”Kata mereka berdiskusi dengan saya merupakan hal yang menarik. Sebab, misi itu satu-satunya yang gagal. Bagi kalangan pencinta antariksa, itu sangat unik,” ungkapnya.

Wanita itu juga masih kerap menerima undangan wawancara di televisi dan janjian dengan media cetak. Bahkan, Pratiwi masih menjalin kontak dengan Taufik Akbar, calon astronot yang pernah mendampinginya. ’’Saya terima kabar dia mau menikahkan anaknya,” jelasnya.

Di luar itu, Pratiwi saat ini juga sibuk memimpin organisasi kemasyarakatan Himpunan Wanita Karya (HWK). Dia menjadi ketua di organisasi underbouw Partai Golkar itu. ”Tapi, saya tidak duduk di kepengurusan partai. Pegawai negeri itu tidak boleh berpolitik,” katanya. (el)

sumber : http://www.jpnn.com/berita.detail-11928